21 Desember 2009

In Memoriam Pdt. J.Z. Dassinglolo

Mazmur 145: 14-21. Merayakan Kehidupan

Zakaria J. Ngelow

Ibu, Bapak, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Pemberitaan firman Tuhan dalam persekutuan ibadah malam ini saya sampaikan sebagai wakil masyarakat Seko, dan dengan menekankan sudut pandang Merayakan Kehidupan.

Pembacaan firman Tuhan, bagian ketiga, ayat-ayat 14-21 dari Mazmur 145 pada intinya adalah pernyataan syukur atas perbuatan Tuhan. Ayat 9 pada bagian kedua Mazmur 145 ini dijadikan tema berbagai persidangan gerejawi, dan juga dijadikan tema nasional PGI dan KWI untuk perayaan Natal tahun ini, Tuhan itu baik kepada semua orang.

Bagian pertama Mazmur 145 berisi pernyataan pribadi pemazmur untuk memuji-memuliakan Tuhan.

1 Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. 2 Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.

Bagian kedua mengenai nubuatan bahwa ciptaan dan umat Tuhan akan juga memuliakan dan menyaksikan perbuatan kaih Tuhan.

10 Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.

Pada bagian ketiga, yang menjadi pembacaan kita, diungkapkan secara rinci tindakan-tindakan kebaikan Tuhan kepada semua orang susah yang berserah dan mengasihi-Nya.

14 TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk.18 TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan. 19 Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka.



Saya ajukan ungkapan Mazmur ini sebagai bingkai firman Tuhan untuk merayakan kehidupan almarhum. Merayakan atau menyatakan syukur atas kehidupan adalah suatu pendekatan orang beriman menghadapi kenyataan dukacita dan kematian. Di dalam merayakan kehidupan almarhum kita menghadap Tuhan untuk menyatakan syukur atas karunia kehidupan yang telah dijalani almarhum dalam hidupnya; tetapi juga melihat tanggungjawab apa yang wajib kita teruskan yang terkait dengan hidup dan pelayanan almarhum.

Betapa kita tidak bersyukur? Almarhum seorang yang telah dikaruniai Tuhan kehidupan dalam bilangan umur yang lanjut, dan telah menjalankan panggilannya selaku pelayan Tuhan melampaui masa pensiunnya. Almarhum dan isterinya dikaruniai rumah tangga bahagia, saling mengasihi, dan bersama memperoleh anak-anak yang semua sudah berkarir dan mengayuh bahtera rumah tangga masing-masing, serta memberi almarhum sebilangan cucu-cucu. Almarhum kebanggaan dalam keluarga, dicintai dan dihormati jemaat-jemaat serta korps militer di mana almarhum melayani. Maka terdapat alasan yang cukup untuk merayakan, untuk menyatakan syukur atas kehidupan yang dikaruniakan Tuhan kepada almarhum. Kehidupan yang penuh dengan perbuatan-perbuatan Tuhan.

18 TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan. 19 Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka.

Mewakili masyarakat Kristen Seko, saya ingin menyatakan syukur kepada Tuhan atas kehidupan dan pelayanan almarhum di tengah-tengah masyarakat Seko. Belum lama berselang di Makassar, dalam kegembiraan pernikahan salah seorang putri terkasih, almarhum menceriterakan kepada saya bagaimana awalnya pelayanannya di tengah-tengah masyarakat Seko yang mengungsi ke lembah Palu. Pada tahun 1962 pimpinan sinode Gereja Toraja – waktu itu disebut KUGT – mengutus seorang proponen muda ke tengah-tengah warga jemaat-jemaat gereja Toraja dari Seko Padang yang mengungsi ke lembah Palu karena penindasan DI/TII. Tetapi proponen itu, Jakob Ngali Bato’, dibunuh gerombolan DI/TII bersama H.B. Sisang, Kepala Distrik Seko di pengungsian, dengan lebih 30 pemuka dan warga masyarakat Seko lainnya di Hanghulo dan Lodang, Seko Padang, pada bulan Februari 1963. Segera pada bulan Mei 1963 seorang proponen muda lainnya, yang baru mulai bertugas di jemaat Bawa Karaeng di Makassar (waktu itu biasa disebut Jemaat Jl. Maros), dikirim oleh pimpinan Gereja Toraja ke Omu’. Dialah almarhum, yang melayani para pengungsi Seko yang tersebar di beberapa kampung dengan segala kesulitan sebagai pengungsi. Almarhum ditahbiskan sebagai pendeta di Omu pada bulan Agustus 1963. Almarhum diutus Tuhan mengumpulkan orang Kristen Seko yang tercerai-berai ibarat anak-anak ayam kehilangan induknya. Pelayanan almarhum ternyata berhasil mngembangkan jemaat-jemaat Seko dan menghidupkan kembali menjadi Gereja Toraja Klasis Seko Padang menjadi Gereja Toraja Klasis Seko Omu, termasuk mendirikan jemaat di kota Palu beberapa tahun kemudian. Selain itu, masyarakat Seko di lembah Palu diberkati Tuhan dengan kehidupan yang relatif aman dan makmur. Dari semua kelompok pengungsi Seko, mereka yang berada di Lembah Palu yang secara ekonomi paling baik. Di sana pula lebih 40 orang pemuda pengungsi Seko mendapat kesempatan untuk direkrut masuk tentara menjadi Batalion Frans Karangan.

Dalam pelayanannya di tengah pengungsi Seko di Omu’ kehidupan almarhum dilengkapi Tuhan dengan mempertemukan jodohnya, seorang gadis Seko menjadi pasangan hidupnya, putri keluarga almarhum Kepala Distrik H.B. Sisang. Demikianlah almarhum secara penuh “menyerahkan dirinya” bagi masyarakat Seko dan menjadi salah seorang tetua kebanggaan yang mencintai dan dicintai masyarakat Seko. Mungkin anda tahu kecintaannya kepada masyarakat Seko dinyatakan dalam keinginan almarhum untuk dimakamkan di Seko.

Sambil merayakan kehidupan almarhum sehubungan perkenan Tuhan memakai hidup dan pelayanannya bagi masyarakat Seko, marilah melihat beberapa tanggungjawab kita yang terkait dengan hidup dan pelayanan almarhum. Pertama, sejarah pelayanan almarhum sebagai hamba Tuhan di tengah-tengah masyarakat Seko dan jemaat-jemaat lainnya belum banyak diungkapkan. Almarhum dan generasinya mengalami masa-masa paling sulit dalam kehidupan jemaat-jemaat Tuhan di beberapa daerah karena penindasan gerombolan DI/TII pada tahun 1950-an dan 60-an. Sejarah masyarakat Seko masa DI/TII baru mulai ditelusuri, dan sangat penting diungkapkan untuk menjadi acuan jemaat-jemaat di masa kini dan di masa depan untuk memahami tindakan kasih Tuhan di tengah berbagai tantangan. Siapa yang tidak tahu sejarahnya tidak tahu dari mana dia datang dan ke arah mana dia menuju ...

Dalam hubungan itu, yang kedua, menyangkut suatu rencana untuk bersama-sama merayakan di Seko pada tahun 2011 peringatan 50 tahun kembalinya pengungsi Seko. Perayaan ini dapat bermakna bagi gereja dan masyarakat Seko jika seluruh pemimpin dan masyarakat Seko di Seko dan di rantau dapat bekerjasama menggalang perayaan itu dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat di Seko, yang sampai sekarang masih terpencil.

Yang ketiga, almarhum menyerahkan diri dan telah menjalani panggilan hidupnya melayani jemaat dan masyarakat luas. Semoga semangat pelayanan seperti itu tetap bernyala-nyala menjadi komitmen yang sama dalam profesi yang berbeda-beda, terutama anak-cucu, generasi penerus, di kalangan keluarga. Kita sungguh dapat dikuatkan menjalani kehidupan yang mengacu pada kehidupan orang tua terkasih, yang diserahkan untuk dipakai Tuhan. Almarhum teladan bagi keluarga, dan bagi kita semua. Atas semua itu kita menyatakan bersama pemazmur:

21 Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya.



---------
Disampaikan pada kebaktian penghiburan atas meninggalnya Pdt. Johanis Zakaria Dassinglolo (1932-2009)di rumah duka di Parepare, tgl 20 Desember 2009 malam.